Profil Penulis
ANTONIUS FOKKI ARDIYANTO lahir di Sleman, 05 Juli 1972 adalah politisi PDI Perjuangan, anggota DPRD Kota Yogyakarta 3 periode sejak 2009. Ia Putra sulung dari empat bersaudara pasangan Bapak Marcus Artono dan Ibu Ning Widati. Kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh di Kota Yogyakarta.
Sejak kecil Fokki, sapaan akrabnya, tinggal Bersama Kakeknya ST Irsam Siswo Seputro di Kampung Pengok tepatnya Blok C 12 Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta. Sang kakek merupakan pensiunan pegawai Kereta Api sekaligus aktivis Buruh di era Bung Karno. Ia seorang pengagum bung Karno. Tak heran jika sejak Kecil Fokki sudah lekat dengan sosok Bung Karno yang foto besarnya terpampang di ruang tamu rumah kakeknya.
Meski hidup sederhana, membaca sudah menjadi budaya keluarga. Pendidikan Dasar ditempuhnya di SD Kanisius Baciro atau yang sekarang menjadi SD Joannes Bosco Yogyakarta (Joannes Bosco School). Ia lulus tahun 1985. Fokki kemudian melanjutkan jenjang sekolah menengah pertamanya di SMP Pangudiluhur 1 Yogyakarta dan lulus tahun 1988. Sekolah menengah atas ditempuhnya di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, lulus tahun 1991.
Saat usia remaja itulah Fokki mulai jatuh cinta dengan pemikiran Bung Karno, setelah tak sengaja menemukan Buku “Di Bawah Bendera Revolusi” yang ditulis Bung Karno milik kakeknya.
Ia semakin gandrung dengan pemikiran Bung Karno setelah kemudian melanjutkan Kuliah di STPMD APMD Yogyakarta pada jurusan Ilmu Pemerintahan. Ia lulus dengan gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan Pada tahun 1996. Semasa kuliah Fokki aktif dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan HMJ STPMD APMD Yogyakarta (1991-1993) dan menjadi Anggota simpatisan GMNI Cabang Yogyakarta (1993-1996).
Ketertarikannya terhadap pemikiran Marhaenisme bung Karno membuatnya terus menggeluti kajian-kajian tentang Pancasila 1 Juni 1945. Meski di era Orde Baru sangat sulit menemukan literatur mengenai Bung Karno, namun Fokki tak pernah berputus asa. Tak hanya gemar membaca dan aktif mengikuti kegiatan diskusi, Fokki muda juga sudah menunjukkan bakat menulis.
Pemahamannya tentang nilai-nilai marhaenisme yang merupakan akar Pancasila membentuknya sebagai pribadi yang toleran. Baginya bhinneka Tunggal Ika, semboyan yang tersemat dalam lambang Garuda Pancasila adalah keniscayaan bagi bangsa Indonesia.
Setelah lulus kuliah, ia berjuang mencari pekerjaan. Ketika itu lapangan pekerjaan tidak mudah ditemukan. Ia terpaksa menjadi tukang parkir di Kawasan Jalan Solo, Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan, setidaknya untuk kebutuhan pribadi, karena tak ingin merepotkan orang tua setelah lulus kuliah. Bahkan pekerjaan sebagai dept collectorpun ia lakoni.
Namun begitu Fokki tidak meninggalkan tradisi belajar dan berburu ilmunya. Disela-sela bekerja ia mengikuti Kursus Kajian Islam di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Yogyakarta (1996-1997). Ketertarikannya dengan kajian islam dan sosial tak lepas dari pemahamannya tentang marhaenisme yang merupakan akar sosialisme Indonesia. Pemikiran Bung Karno yang terangkum dalam konsep Marhaenisme memang tak bisa dilepaskan dari tiga hal yaitu Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.
Ia menajamkan kemampuan menulisnya dan terlibat dalam beberapa penelitian yang diselenggarakan LKIS serta menjadi penulis lepas di beberapa surat Kabar Lokal maupun nasional. Kecintaannya terhadap Bung Karno membawa Fokki bergabung dengan Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem).
Fokki menjabat Ketua DPC Repdem Kota Yogyakarta periode tahun 2007-2012, Kemudian Ketua DPD Repdem Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode tahun 2012-2017. Kariernya di organisasi naik menjadi Ketua DPN Repdem Bidang Pemerintah dan Otonomi Daerah periode tahun 2017-2020 dan Kembali didaulat Ketua DPN Repdem Bidang Tani dan Nelayan periode tahun 2020-2025.
Selain bergiat di Repdem, Fokki juga mendapat amanat sebagai Ketua Keluarga Besar Marhaenisme (KBM) Kota Yogyakarta dua periode (2016-2021 dan 2021-2026), Sekretaris Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) DIY periode 2020-2025 dan Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) Kota Yogyakarta periode 2020-2025.
Kematangan Fokki dalam berorganisasi dan pemahamannya akan marhaenisme membuat ia menjelma menjadi soekarnois yang selalu konsiten di garis perjuangan partai untuk selalu membela wong cilik sepanjang menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Yogyakarta. (*)